-800x360.jpeg)
SMADRI Menuju Habitus Baru
Kata
habitus berasal dari bahasa Latin,
yang berarti kebiasaan. Kata tersebut diserap dalam perbendaharaan kata Bahasa
Indonesia menjadi habit yang diartikan sebagai rutinitas atau kebiasaan yang
dilakukan secara regular dan biasanya otomatis. Jadi SMADRI menuju habitus baru
berarti SMADRI menuju kebiasaan baru. Pertanyaan untuk kita renungkan bersama: habitus baru apa yang dilakukan
oleh warga SMADRI? Apakah ada
habitus lama yang perlu ditanggalkan? Mengapa SMADRI
menuju habitus baru membutuhkan gerakan bersama?
Manusia sebagai Pencipta
Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan adalah dua
kata yang memiliki hubungan yang sangat erat. Manusia diciptakan Tuhan memiliki
akal/pikiran. Akal atau pikiran tersebut memampukan manusia untuk menciptakan
kebudayaan. Kata budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari kata buddhi
yang berarti budi atau akal manusia. Dengan demikian nyatalah bagi kita bahwa
segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia tidak terlepas dari kerja otak
manusia alias pikiran/akal manusia. Nah, kembali ke judul tulisan di atas
SMADRI menuju habitus baru, apakah ada hubungan dengan manusia/individu yang
ada di lembaga ini? SMADRI hari-hari ini kedatangan wajah-wajah baru. Kita
mulai dari Romo Antonius Sina Aran, sebagai kepala sekolah baru. Frater Alfons
Boruk menjalani tahun orientasi pastoral di SMADRI. Pak Okto dan Heri sebagai
SATPAM di SMADRI, serta
yang terakhir para siswa kelas X yang berjumlah 96 orang. Selain wajah-wajah
baru di atas masih ada lagi puluhan guru dan pegawai, serta ratusan siswa kelas
XI dan XII. Inilah sumber daya kita yang
luar biasa besarnya. Dengan akal yang Tuhan anugerahkan kepada kita, dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu (produk budaya baru).
Romo
Kepala sekolah sebagai pimpinan baru akan memberdayakan staf guru dan tenaga
tata usaha agar bekerja secara maksimal demi kemajuan lembaga ini. Para siswa
di bawah
koordinasi para guru akan terus
belajar dan memberi diri dibentuk dalam berbagai kegiatan di lembaga ini.
Apakah dengan berpikir dan berbuat sesuatu, manusia sudah menghasilkan
kebudayaan? Menurut Antropolog
Indonesia,
Koentjaraninggrat,
kebudayaan memiliki tiga wujud. Wujud pertama, budaya adalah
ide/gagasan/pikiran manusia. Wujud kedua adalah aktivitas/tindakan berpola/kerja
manusia. Wujud terakhir dari budaya adalah artefak (benda-benda budaya yang
dihasilkan ). Jadi,
ketika manusia mulai berpikir, kemudian bekerja untuk mewujudkan ide-ide
tersebut sebenarnya manusia sedang berproses menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian jangan menjadi orang yang malas berpikir, sebab berpikir merupakan
tahap awal Anda
mulai mewujudkan mimpi-mimpi Anda.
Saat Anda berpikir, sebenarnya Anda sedang berproses
menghasikan kebudayaan dalam hidup Anda.
Kembali
ke pertanyaan refleksi yang dilontarkan di awal tulisan ini, kebiasaan baru (habitus)
apa yang dihidupi oleh warga SMADRI diawal tahun pelajaran 2024/2025 ini? Hemat
saya masing-masing kita bisa bertanya pada diri kita, sejauh mana kepatuhan saya terhadap penegakan disiplin di sekolah ini.
Apakah saya telah bertanggung
jawab atas tugas-tugas yang dipercayakan kepada saya, baik sebagai kepala
sekolah, guru, pegawai, petugas kebersihan, perpustakaan, keamanan juga sebagai
peserta didik.
Masing-masing kita dapat memberikan nilai untuk diri kita sendiri. Nah, dari
hasil refleksi inilah akan menjadi acuan bagi kita untuk melangkah ke depan.
Jika selama ini saya termasuk orang yang tidak disiplin, maka sekarang pada semester ini saya akan
mengubah diri. Demikian pula soal tanggung jawab kita dalam melaksanakan tugas
yang dipercayakan oleh sekolah. Yang sudah baik minimal dipertahankan syukur
kalau ditingkatkan.
Namun
jika belum maka sekaranglah waktunya untuk berbenah. Inilah satu dua contoh
cara hidup baru bagi kita di semester ganjil tahun 2024/2025.
Kita Kuat karena Kita Bersatu
Cyril
Ramaphosa pernah menulis demikian “Kamu
tidak akan pernah bisa memiliki persatuan jika kamu ingin segala sesuatunya
berjalan sesuai keinginanmu”. Pernyataan ini senada dengan pertanyaan
refleksi di atas “Mengapa SMADRI menuju habitus baru membutuhkan gerakan bersama?
Di atas telah dijelaskan bahwa habitus baru SMADRI tampak dalam hal-hal sebagai
berikut: warga sekolah yang disiplin, bertanggung jawab dalam tugas-tugas dipercayakan dan saling menghargai satu sama lain.
Selain itu, sikap peduli
terhadap lingkungan sekolah, bersimpati dan empati terhadap sesama warga
sekolah, menjaga nama baik sekolah dan korps guru adalah contoh dari nilai-nilai baik yang perlu menjadi
habitus bersama. Beberapa hal yang disebutkan di atas
bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Untuk itu dibutuhkan gerakan bersama untuk
mewujudkannya.
Slogan “Keep Moving! The Future is Ours” dapat
dijadikan pijakan untuk refleksi ini, bahwasanya dalam bergerak menuju masa
depan, setiap orang didorong oleh ciri kodratinya sebagai makhluk sosial untuk
bekerja sama. Sedikit saja keberhasilan yang digapai dengan usaha sendiri,
karena lebih banyak kesuksesan itu diraih berkat campur tangan banyak pihak.
Di lembaga ini, keberhasilan
seorang guru dalam mendidik peserta didiknya didukung oleh kebijakan yayasan
dan kepala sekolah, sharing rekan guru dan partisipasi aktif peserta didik.
Demikian pula, prestasi seorang peserta didik sebetulnya adalah jalinan dari
keberhasilan dan dukungan dari orang tua, donatur, pemerintah, guru, pegawai
dan teman-teman sekolah.
Dalam slogan itu, disebutkan bahwa
masa depan adalah milik kita (ours),
bukan milik saya (mine). Artinya, setiap
peserta didik diarahkan untuk sampai pada pemikiran yang yang lebih tinggi
mengenai keberhasilan dan masa depan mereka. Masa depan dan keberhasilan yang
akan diraih pada masa mendatang bukanlah milik tiap orang semata atau bukan
saja dijadikan kekayaan pribadi. Namun keberhasilan ataupun kejayaan suatu saat
nanti mestinya diarahkan sebagai suatu persembahan hidup kepada kebutuhan semua
orang. Ambil contoh, keseriusan seorang peserta didik untuk belajar komputer
memang pertama-tama untuk kebutuhan dirinya, tetapi ia perlu disadarkan bahwa
suatu saat keterampilan komputernya itu harus dibaktikan untuk melayani siapa
saja yang membutuhkan jasanya. Aspek pelayanan inilah yang mesti menjadi
habitus dalam gerakan bersama di SMADRI. Kita diarahkan supaya tidak bekerja
secara sendiri-sendiri dan bukan semata demi kepentingan sendiri, melainkan
demi kebaikan banyak orang dan pada akhirnya demi kemuliaan Tuhan: “Sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk saudara-Ku yang paling hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Habitus ini sangatlah diperlukan
mengingat SMADRI merupakan lembaga pendidikan yang benaung di bawah nilai-nilai
Kristiani dan visi misi Gereja Lokal Keuskupan Larantuka yang sedang
mengupayakan pemberdayaan generasi baru.
Sambutan Kepala Sekolah
